Kamis, 29 Mei 2014

Hujan Ini Belum Reda

Ada hujan yang belum reda (ternyata),
ia masih saja membasahi bumi meski langit sedang cerah membiru dan tersenyum manis,
senantiasa menetes menyuburkan kegersangan bumi,
entah kapan akan berakhir.
Akankah ia tetap menetes hingga masuk ke musim hujan selanjutnya?
entah..
atau, hujan itu akan berpindah ke tempat yang lebih membutuhkannya?
ya, bisa jadi..
Oh ya,
semacam ada prediksi bahwa hujan di bulan Juni akan lebih deras,
akankah?
kita lihat saja nanti :')


**
Malam langit, sungguh aku mengagumi-mu,
kau menjadi salah satu alasan aku tuk mampu tersenyum meski terkadang sulit :')
Jaga diri baik-baik ya, langit :')

Jumat, 16 Mei 2014

Senyum-mu :)

Aku tau (entah atau sok tau), tentang bagaimana perasaanmu saat ini. Berulang kali kita sering bercerita perihal -perasaan- ya, hal abstrak yang tak berkesudahan untuk dibahas. Entah sampai dimana cerita ini akan berujung. Seringa kali juga hadir tetesan air mata kala membahasnya (perasaan). Entah itu air mata setelah kita disakiti, dibohongi, air mata penyesalan, air mata atas keterpaksaan diri sebagai wanita, air mata kerelaan memilih atas dasar anak. Entahlah, tapi aku berharap perjumpaan dilain waktu kita berhiaskan air mata kebahagiaan atas pilihan hidup yang kita jalani.

Senyuman itu, aku dan dia tau bagaimana kau membuat simpul senyum manis diwajahmu yang kian lelah. Ya, engkau tetap tersenyum meski hati sedang tertatih meracau atas segala skenario hidup yang sedang kau jalani. Semua itu semenjak si pangeran -tanpa nama- itu hadir ke kehidupan dirimu. Ia bukanlah si adam yang sedang kau tunggu. Bahkan, baru kau mengetahuinya lewat kertas-kertas yang berbicara tentang siapa dirinya. Ya, sebatas itu. Mungkin kehadirannya (lagi) bagaikan petir ditengah hari yang cerah ceria. Tanpa diduga dan tanpa disangka. Tapi apa mau dikata? Dan jauh dari angan-anganmu, ternyata keluarga besar sangat merestui, dan dari situlah semakin berkecamuk (lagi) hatimu. Aku tau, karna seperti itulah air wajah yang kau tampilkan ketika bercerita perihal ini.

Ia ingin sesegera mungkin memprosesmu. Bahkan ia datang sampai dua kali (hanya untuk memastikan jawaban "iya" mu bukan semata-mata menghargai "saja" kedatangannnya) tapi memang atas dasar ke-ikhlasan hati terdalam-mu. Tengah bulan ini kala si purnama sedang pentas di panggung pekat, si adam datang dengan "simbol" ikatan antara kalian. Simbol yang (setidaknya) memperjelas hubungan kalian. Yaa setidaknya, aku lebih suka dengan ikhwan yang demikian, ia berani datang dengan segenap keberaniannya dan mengatakan bahwa ia sudah siap, bukan berkata "tunggu aku.....".

Teh, aku tau (juga berusaha memahami) isi hatimu saat ini. Pun (pernah) menjadi saksi dari kisahmu dengan si X, Y, Z bahkan tentang anganmu dengan si W, hm.. pelik memang. Seakan kau harus membangun (kembali) hati agar kembali utuh untuk ia yang memilihmu. Bahkan harus membuang semua kenangan yang sempat menetap dihatimu.

Aku tau, kau percaya bahwa skenarioNya jauh lebih indah dari sekedar angan-angan manusia. Bahwa kado itu sedang Ia rancang dengan pita tercantik bahkan dengan aroma parfume yang sangat wangi. Dan kado itu akan Ia berikan diwaktu yang tepat.. :')

Meski dengan air mata engkau harus menerimanya, tapi yakinlah, air mata itu akan menjadi saksi bahwa seorang hawa ini sudah mau menerima dengan ikhlas seseorang yang bukan di angannya.

Kamis, 15 Mei 2014

Ummi Dengan 2 Mujahid Cilik



Awalnya ‘biasa’ saja mendapat kabar duka tersebut, hanya menyebut Innalillahi wa innailaihi rooji’un. Tapi setelah di kroscek ke bapak qiyadah “Kak, istrinya pak Ujang itu yang Ummi-nya Zaki, bukan?” “iya..”

Seketika merasa shock, sangat shock. Dan yang hadir adalah sekelebat wajahnya, parasnya, bahasa tubuhnya ketika mengasuh dua mujahid ciliknya. Setiap kali ke As-Saakir selalu melihat beliau dengan anaknya. Apalagi waktu lagi jadi panitia DM2 disana, kita (panitia akhwat) merasa sangat merepotkan almarhumah dengan meminjam beberapa alat masak dari dapur beliau, bahkan beberapa kali beliau mengantarkan masakan lezatnya untuk kami. Ketika itu hatiku berkata (baik banget teteh ini sampai-sampai mau direpotkan dengan ngasih makanan segala meski keluarga terlihat sederhana. Aaah,  semoga Allah selalu memberkahi keluarga mereka).

Pun masih teringang ketika aku memberikan si bungsu astor, ketika itu bungsu menerima dengan tangan kiri. Lantas aku berkata “pakai tangan manis ya Dede Fayyad nerimanya” kemudian almarhumah berkata “jangan bilang tangan manis, Teh. Nanti anak bingung lagi, jangan-jangan ada tangan pahit” “Ooh, gitu ya Teh, iya juga ya Teh, hehe”

Almarhumah juga bercerita tentang pernikahannya dengan suaminya (semoga menjadi pendamping di jannahNya juga). Almarhumah berkata “Dulu Teteh nikah sama abinya, waktu abinya masih kuliah. Emang ya Teh, ikhwan itu harus terus dipecut, kalau engga yaa gitu-gitu aja, males-males aja. Soalnya waktu itu abinya lagi proses nyusun skripsi. Dan kita pun harus sabar-sabar mendampinginya, yaa Alhamdulillah selesai juga kuliahnya waktu itu”  (ketika itu si Teteh bercerita dengan senyumnya) :’)

Allah, ternyata Engkau punya rencana indah untuk keluarga kecil itu. Kini malaikat tak bersayap yang selalu meneduhi rumah mereka pergi, ya pergi untuk selamanya. Kini almarhumah (semoga) bersama dan membersamai bidadari di taman-taman jannahMu.

Allah, semoga impian almarhumah sebagai ummi dari anak-anaknya terwujud. Jagalah dua mujahid cilik itu ya Rabb. Jagalah mereka meski tanpa sayap Umminya (lagi).

Senang bisa dan pernah mengenal Teh Siti :’)

Aa Zaki dan Dedek Fayyad, tumbuh menjadi anak-anak sholih ya :)

Tulisan lain mengenai almarhumah:

http://mujahidah18.wordpress.com/2014/05/13/moga-teteh-disayang-alloh/



Selasa, 13 Mei 2014

Surat Untuk Ukhtiku Sayang


Assalamu’alaykum shalihah?
 
Khaifa khaluk? :) semoga senantiasa dalam naunganNya dimanapun engkau berada.

FYI: Nadhia buat ini ditengah malam saat mengerjakan TA yang bikin mata merem-melek, #curhat, hihii.. tiba-tiba aja inget kalian yang luar biasa.

Ternyata begini yah menjadi mahasiswi tingkat III (tapi, tingkat akhir untukku). Iya, semakin tua tingkatannya entah kenapa malah semakin jarang kumpul. Apa karena kesibukan kita berbeda-beda ya? Iya sih, itu yang menjadi alasan. Nadhia aja ke kampus terhitung 2-3 kali saja dalam sepekan.

Hey! Hatiku sedang merindu kalian loh. Rindu saat ini adalah rindu akan hal yang sudah pernah dilakukan. Itu artinya, aku memiliki ‘obat’ untuk mengobati rindu tersebut. Sebut saja obat itu adalah kenangan indah bersama kalian. :) Karena faktanya, kenangan indah itu membuat mood menjadi bagus. Bisa saja ia membuat kita senyam-senyum sendiri hihii.

Masih sangat ingat ketika tingkat I. Kita jadi bidikan para senior yang sedang mencari generasi baru demi estafet dakwah yang tak terputus. Lalu, berkumpulah kita diselasar masjid, dengan wajah-wajah polos-polos unyu-unyu. Ada yang mencoba membuka topic dengan kawan baru, ada asyik sendiri dengan dirinya, ada yang sibuk baca buku, ada yang lagi di PDKT-in sama senior, dsb. Waktu itu kita banyak loh jumlahnya! Haha. 

Pernah dilain kesempatan kita berkumpul, kita diamanahkan oleh senior dengan “saling dipersaudarakan” dengan teman baru. Tapi aku memilih dengan teman yang berasal dari sekolah yang sama, biar ga susah adaptasi (itu alasanku dulu) -_- halaaah dasar bocah milih yang enak aja. Haha. Ya, pada saat itu kita belum saling mengenal lebih jauh. Bahkan aku masih menebak mana yang namanya Merli, Ai, Hanipa, Fakhrun, Siti bahkan mengenal sosok Diah secara lebih jauhpun baru tingkat 2 -_- (gagal PDKT ini mah). Yaa, meski telat, tapi aku tetap berbahagia bisa mengenal kalian.

Aku mau mention satu-satu yaa, boleh? :D

Dear Aya, aku masih inget waktu kamu memperkenalkan DKM yang serupa dengan ROHIS kita dulu. Dan bagaimana kamu memperkenalkan Departemen Pendidikan&Kaderisasi yang katanya sama dengan tugas Isti waktu di ROHIS. Alhasil, pertama kali aku magang di departemen P&K deh, hhehe. Bahkan sampe tahun terakhir masuk sturktur (P&K abadi) -_- waktu itu juga aku milih kamu untuk dipersaudarakan supaya aku ga susah-susah adaptasi dengan yang lain, hehe, curang yah aku? :p tapi gapapalah, seru kok. Yang pasti, kamu tuh salah satu teman yang paling sabar menghadapi aku yang suka bahkan sering aneh gini -_-. Jangan kapok ya, Ndut :D

Dear Hanipa, baru kali ini loh aku punya teman asal Ambon. Dan ternyata, gadis Ambon ini memberika hello effect yang bagus untukku. Kamu aku kenal dengan sosok yang sangat bersemangat, energic, kritis, dan memiliki mimpi-mimpi yang luar biasa. Kamu punya blog bernama “sibungsuyangcerdas” bukan? Semoga malaikat meng-aamiin-kan judul blogmu itu J ketika kamu jarang hadir, itu menjadi pertanyaan dibenak kami. Kemana Hanipa? Kangen cerewetnya Hanipa ih. Ayolah, bersemangat lagi, jangan kelamaan istirahatnya ya J masih membayangkan betapa semangatnya ketika pertama kali kita syuro Pkl 06.00, sampai-sampai kamu nginep di kosan aku supaya kita ga telat. Haha. Lucu :D

Dear Merli. Buat aku, kamu satu-satunya akhwat yang paling akhwat. Sifat dan sikap lemah-lembut dan penyabarmu itu loooh, kece bangetlaaah buat aku yang suka gerabak-gerubuk -_- apa sih rahasianya, Mer? Haha. Mungkin kalau mau dibandingkan, kita sangat bertolak belakang karakternya, hehee (peace). Meski lemah-lembut, kamu tuh strong banget, tiap hari PP Bandung-Jatinangor bawa motor, melewati panas terik, hujan, angin dan ga jarang aku baca statusmu tentang banjir yang menjebak. Makin banyak deh malaikat menghitung pahalamu untuk menuntut ilmu (mengingat jarak yang lumayan).

Dear, Diah. Ini nih, kecil-kecil cabe rawit, haha. Asli-laaah, awalnya aku benar-benar ga tau yang mana Diah. Tapi sekalinya aku kenal Diah, yaa seperti sosoknya saat ini, Diah yang sudah berhijrah. Bahkan aku tidak tau sosok Diah sebelum berhijrah. Biarlah, biar saja Allah yang menutup semua itu J. Hey kamu gadis Lampung :p kamu tuh yaa, kecil-kecil strong pisaan, haha. 4 kali aku nge-track sama kamu, inget gak? Pasti ingetlaah. Dan yang pastinya, aku yang dibonceng, pasti berat yah? -_- kalau kita review tiap adegan ngetrack itu, yaampun kece badailaah. Masalahnya, medannya itu loh berkesan banget. Batu kuda yang meliuk-liuk dengan jalan yang penuh batu. Aki enin yang juga meliuk-liuk tapi menyuguhkan pemamdangan yang luar biasa. Cibaduyut yang jalannya lurus aja tapi cukup bikin badan mau remuk dan pastinya masuk angin, dan yang terakhir Garut yang kita tau mobil yang lewat itu bisa jadi truk-truk ala raksasa, belum lagi kita berangkat menjelang malam. Haha. Sudahlah, cukup menjadi cerita untuk anak-cucu nanti ternyata. Dan ketika pulang ke Lampung nanti, kamu minta beliin motor buat nge-track di Lampung yaaa :p

Dear Siti, duhduh ibu ini tuh yaaa.. kalau ngeliat ibu ingetnya kas DKM :p maklum mantan bendahara umum. Haha. Kamu salah satu akhwat yang girlie setelah Merli (menurut aku sih). Panggilan khas kamu ke aku itu “Bund (Bu Nadhia)” haha, lucuu. Kebayang wajah cemas kamu kalau kita syuro sampe sore, wajah cemas karena takut pulang kerumah sendiri. Hehe. Alhasil, ga jarang ya kamu nginep dikosan Aci? Bawa stok baju dikosan Aci, jadi kalau tiba-tiba nginep yaa udah ada baju. Hehe. Sitiiiiii, keep istiqomah yaaa. Kamu tuh ramah bangeeeet tau, belum pernah aku liat kamu marah :)

Dear Ai. Wanita bersemangat yang paling banyak digandrungi adik-adik kelas. Mungkin karena pembawaan ceriamu yang membekas di daya ingat mereka. Kadang iri sih dengan keceriaanmu, masalahnya aku baru bisa ceria-ceria bahagia kalau didepan orang yang akrab, lain dengan kamu yang sangat luwes dalam bergaul. Kamu juga cukup terkenal di kampus, iyalaaah secara kamu perintis ECI dan menjadi andalan kampus untuk menjadi Master of Ceremony diberbagai acara, mungkin ketika Agustus besok aku wisuda, kamu yang akan memanggil namaku :). Belum lagi kemampuan bahasa Inggrismu yang kece, ah dahsyatlah sosok Ai Ratih ini! :) dan betapa bahagianya aku ketika melihat proses hijrahmu yang perlahan tapi pasti, semoga Allah mengistiqomahkanmu ya :)

Dear Fakhrun, tapi aku lebih biasa manggil Nisa.  Nisaaaaaaa, aku jadi dekat dengan kamu ketika kamu maju di ajang PEMIRA kampus. Waktu itu kamu menjadi calon wakil-nya Dindin. Kalau mau diputar kenangan itu, masih ingat ekspresi wajahmu yang kaget-kaget, mau tidak mau ketika kita amanahkan untuk maju. Kamu keren! Inget kata beberapa adik tingkat gini “seneng kalau ketemu teh Farun, selalu ceria, selalu nyapa, dan ga pernah jutek” yap! Bener banget, aku akui juga loh Niiiiiis, meski kita bertemu disebrangan, pasti kamu menyapa. Hehe, ceria banget sosok kamu. Kamu juga punya imajinasi yang keren akibat bacaanmu banyak. Sangat banyak! Huaaa, mau kayak gitu juga. Oh iya, kita punya mimpi yang sama kalau ga salah: membuat perpustakaan pribadi, iya kan? :) semoga Allah ijinkan ya mimpi kita itu :)

Yaa, itulah celoteh dari Nadhia untuk kalian ukhti-ukhti shalihah. Allah mengirimkan kalian untuk kita bersama-sama berjuang. Ya, meski saat ini banyak dari kita yang sudah memiliki kesibukan lain-lain. Tapi tetap kok, nama-nama kalian menjadi bagian terindah dihidupku (semoga kebalikannya juga yaa) hehe.


Kata Ust. Salim, manisnya ukhuwwah itu karena iman yang sehat. Lantas, jika ukhuwwah kita sedang pahit, mungki iman kita sedang sakit (?). wallahu’alam.

Semoga Allah selalu menjaga kita disetiap aktifitas kita dan selalu mengarahkan kita untuk berbuat yang baik terus menerus. Sehingga kita menjadi muslimah yang berdedikasi tinggi untuk perbaikan ummat. Aamiin.

Dan, jadilah muslimah yang dicemburui oleh bidadariNya, yuk sama-sama belajar dan saling mengingatkan :)


Jatinangor, 13 Rajab 1435 H
Ditengah sepinya malam hari~

Iniiiii, ada banyak lampiran foto-foto selama kita bersamaa :D
 

(Narsis dikit di Dream :D)

 (Hangout di Jatos, ini tahun 2012)

(Sempet selfie ditengah-tengah jadwal kampanya AktifOne)

 (Ngerameeeeen :D)

(Narsis di depan FMP Jepang, ini aku lagi milad kalau ga salah :D)

(Abis mabit, ini mabit perdana kita loooh~) 

(Abis Idul Adha 2012, wajah lelah semua tuh, hihii)

(Pengukuhan 2012, aku jadi peserta tapi, haha. @Batu Kuda)


(Sesi pemotretan saat pengukuhan 2013 @Batu Kuda (lagi) :D)

(Sidang Tahunan 2013, jadi tontonan ikhwan waktu kita narsis begini -_-)

 (@Aki Enin. Katanya sih rihlah kesini, tapi tetap aja kita syuro :p)

**
Narsis everywhere~ haha :D

Selasa, 06 Mei 2014

Kemantapan Iman

Based on wejangan Ummi-nya salah satu sobat.

"Kita itu harus memiliki standar dalam iman (beribadah), standar yang kita miliki juga bukan standar yang biasa. Tapi standar yang diatas rata-rata, yang jika orang menilai itu tinggi tapi menurut kita itu hal biasa dan menjadi habits. Supaya apa? supaya jika kita terjatuh maka tidak akan terlalu jauh jatuhnya, ya setidaknya jatuh ke standar minimal orang kebanyakan"

** 
Menikah itu bukan hanya perkara suka sama suka, sayang sama sayang ataupun cocok sama cocok. Tidak dipungkiri sih hal tersebut menjadi salah satu indikatornya. Tapi perkara yang paling penting ialah sejauh mana kemantapan iman kita. Karena, pernikahan itu bisa menjadi representasi keimanan seseorang. Kutipan diatas merupakan nasihat yang menjadi perkara utama dalam hal memutuskan untuk menikah. Beliau (Ummi-nya sobat) bilang gini "Bayangkan aja kalau iman kita lagi compang-campingnya dengan dibawah standar kemudian datang seorang ikhwan melamar, mungkin bisa jadi keimanan ikhwan tersebut juga sedang compang-camping. Karena apa? Karena pasangan hidup kita kelak adalah cerminan kita. Pun ketika iman kita sedang compang-camping rapuhnya datang seorang ikhwan yang memiliki track record 'soleh', mungkin bisa jadi kita menolaknya dengan banyak alasan (belum punya penghasilan banyaklah, engga membina banyak kelompok-lah, engga keren-lah, tidak sesuai standar fisik kita-lah, dsb) yang pada dasarnya itu bukanlah alasan mutlak untuk menolak seorang ikhwan. Tapi, begitu bahagianya jika iman kita senantiasa dijaga dengan standar-standar luar biasa. Mungkin ketika seorang ikhwan yang melamar kita dan ikhwan itu terhitung sederhana, tapi dengan kelapangan dada kita menerimanya. Karena kita yakin, cerminan iman ikhwan itu tidak jauh beda dengan kondisi kita saat dilamar."

"Belum tentu ikhwan yang selama ini kita anggap keren dengan track record amanah dimana-mana, memiliki kelompok binaan bejibun, rajin ngisi kajian sana-sini, memiliki maisyah bejibun itu menjadi (tetap) keren ketika sudah menikah. Karena kita tidak tau kondisi keimanan mereka seperti apa ketika menikah. Mungkin saja sedang tercabik-cabik."

#plak!
Bagaikan ditampar dengan kata-kata standar iman. Jadi teringat dengan kisah pernikahan Ummu Sulaim dan Abu Thalhah, entah sedahsyat apa kondisi keimanan Ummu Sulaim saat itu sehingga mau menerima pinangan Abu Thalhah dengan syarat keislaman beliau (Abu Thalhah) dan betapa keimanan menjadi landasan cinta mereka dalam merenda rumah tangga, pun dalam Abu Thalhah mencintai Ummu Sulaim.

**
Masya Allah..
Betapa kita selalu dituntut menjaga eksistensi keimanan kita dihadapanNya. Bukan semata-mata hanya untuk mendapatkan jodoh yang baik, tapi untuk menggapai ridhoNya. Untuk apa kita mendapatkan jodoh yang baik (menurut kita) tapi ternyata tidak sesuai dengan ridhoNya? Sehingga selalu datang prahara ketika kita merenda rumah tangga. Na'udzubillah.
Tapi sebaliknya, betapa bahagianya ketika iman kita sedang tahap melonjak-melonjaknya kemudian kita menikah. Maka akan tercipta keluarga yang senantiasa sakinah dalam kondisi apapun, serta mawaddah, warahmatan lil'alamin (keberadaan keluarga kita bermanfaat untuk ummat).  
Masya Allah..

Allah, titipkanlah pada kami hati yang senantiasa lapang. Lapang dengan segala macam skenarioMu. Selapang samudra tak bertepi. Selapang langit yang membentang biru tanpa batas. Bantulah kami menyingkirkan perkara duniawi yang mungkin sudah mengakar pada hati kami. 


Bersama sudut hati yang sedang disusun kembali..
Jatinangor, 7 Rajab 1435 H.